Sunday 13 October 2013

timnas u19 wooooow

Luar biasa. Itu kata yang pantas diucapkan. Timnas U 19 melibas Korea Selatan dan lolos ke Piala Asia U 19 di Myanmar tahun depan. Sebetulnya jalan ke kemenangan diretas sejak kemenangan di Piala AFF. Tiba-tiba Timnas Indonesia U 19 menjadi bahan pembicaraan. Kini catatan itu bertambah, lolos ke Piala Asia dengan menyingkirkan juara 12 kali Piala Asia U 19 sekaligus juara bertahan, Korea Selatan.
Setelah menjuarai Piala AFF U 19 dengan melibas Vietnam, Timnas U 19 disanjung dan dipuja. Permainan apik, penuh tenaga, dengan VO2 Max tinggi menjadi ciri para pemain. Strategi apapun yang diterapkan oleh pelatih mudah dilakasanakan karena tenaga yang sangat kuat. Timnas U 19 ini mampu bermain konstan tanpa kendor selama 90 menit, bahkan 120 menit - dibuktikan ketika melawan Vietnam di final Piala AFF. Luar biasa.
Sebelumnya, selama 22 tahun Timnas Sepakbola Indonesia tak pernah menang sebagai juara di kawasan Asia Tenggara. Untuk ukuran Asia apalagi sejak lahirnya Indonesia 68 tahun lalu, belum pernah menjuarai turnamen apapun. Lalu selama tujuh dekade ngapain saja sepakbola Indonesia? Apakah Timnas Indonesia tidak pernah ikut turnamen? Ataukah Timnas Indonesia malas berlatih? Bukan. Lalu?
Catatan sepakbola Indonesia sebenarnya pada tahun 1960-1970-1980-an pernah juara di level U-19. Prestasi ketika ditangani Sinyo Aliandou, Timnas Indonesia Senior bahkan tinggal selangkah nyaris masuk Piala Dunia. Penghadangnya Korea Selatan. Hanya karena kalah 2-0 di Seoul dan 4-0 di Jakarta, Timnas Indonesia dengan Dede Sulaiman dkk gagal lolos ke Piala Dunia. Tahun 1984, Timnas Indonesia bahkan lolos ke Semifinal Sepakbola Asian Games, 4 besar. Luar biasa.
Sejak saat itu bayang=bayang ketidakyakinan muncul. Jangakan lawan Korea, melawan Thailand dan Malaysia, bahkan negeri pelindung koruptor Singapura, Timnas Indonesia senior sampai junior akan pontang-panting dan ketakutan: kalah sebelum bertanding. Minder. Tak yakin. Dan loyo.
Maka, kemenangan U 19 di ajang Piala AFF tampaknya menjadi momentum tumbuhnya rasa percaya diri. Pelatih Timnas Indonesia, Indra Sjafri, memiliki para pemain yang memiliki skill bagus. Evan Dimas, Zulfiandi, Muchlis, Maldini, menjadi kekuatan yang sangat menarik. Tenaga, visi permainan menjadi kunci kemenangan dan penampilan apik tim secara keseluruhan. Di bagian belakang, selain Ravi Murdianto, para pemain bertahan Indonesia juga sangat disiplin dan mampu membaca pergerakan dan arah bola.
Pertandingan melawan Korea Selatan dijadikan bukti oleh pelatih Indra Sjafri, bahwa Indonesia tak kalah dengan Korea. Sejarah panjang sepakbola masa lalu, dan pemain besar seperti Hery Kiswanto, Iswadi Idris, Ronny Pattinassarany, Ronny Paslah dan lain-lain yang tak gentar melawan tim Asia, menjadi motivasi bagi Timnas U 19 ini.
Timnas U 19 ini harus dijadikan momentum bagi pengurus PSSI agar (1) jangan suka titip pemain agar main di Timnas, (2) membina pemain agar jangan menyentuh narkoba dan keluyuran malam, (3) menjauhkan pergaulan buruk dengan artis sinetron, (3) melatih, memantau dan membina pemain sepakbola secara professional. Dengan demikian, Timnas U 19 ini bisa menjadi momentum bagi perkembangan sepakbola Indonesia, bukan hanya euphoria sesaat saja.
Timnas U 23, dan bahkan Timnas Senior yang sebentar lagi berlaga melawan China, Iraq, dan Arab Saudi harus belajar berlari-lari agar VO2 max-nya bagus seperti anak-anak U 19, beristirahat di rumah - bukan di diskotek melulu, berlatih sepakbola - bukan sinetron, dan bermain dengan semangat tinggi. Teladan itu ada pada anak-anak U 19, bukan U 23 atau bahkan Timnas Senior yang hanya mampu bermain baik sampai masa menit ke-70. Sehabis menit ke 70 loyo karena banyak minum alcohol dan rokok.
Selamat. Proficiat. Sukses. Bangga dengan Timnas U 19 Indonesia - bukan Timnas Senior loyo!

No comments:

Post a Comment